Archive for Juni 2015

Pendidikan


.

Akselerasi Vs K-13

Tahun ajaran 2015/2016 Kemendikbud telah mengeluarkan keputusan bahwa kelas akselerasi atau kelas percepatan akan dihapuskan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Achmad Jazidie bahwa meskipun kelas percepatan dihapus, siswa cerdas istimewa tetap bisa menempuh pendidikan selama 2 tahun dengan program Sistem Kredit Semester  (SKS). Tentunya keputusan ini menuai polemik dikalangan institusi pendidikan, terutama pendidikan menengah atas yang htelah dilarang untuk membuka kelas akselerasi pada tahun ajaran mendatang, karena tidak dapat kita pungkiri bahwa kelas akselerasi merupakan kelas impian bagi setiap institusi pendidikan.
Terdapat beberapa alsan mengapa kelas akselerasi harus dihapus atau ditiadakan pada tahun ajaran 2015/2016, diantaranya adalah ketika siswa cerdas istimewa berbaur dengan teman-teman kelas reguler maka diharapkan mereka mampu menularkan semangat dan memberikan manfaat kepada peserta didik lainnya karena tidak berda di kelas eklusif atau terpisah. Alasan yang kedua yaitu meskipun tidak lagi berada dalam kelas eksklusif atau kelas akselerasi, siswa cerdas istimewa tetap memungkinkan untuk mempeecepat proses studi karena saat ini pemerintah telah menerapkan kurikulum 2013 yaitu menggunakan Sistem kredit semester (SKS) seperti yang telah dilakukan di perguruan tinggi.
Kelas akselerasi memang menuai pro dan kontra sejak lama. Sebagaimana diketahui bahwasanya kelas akselerasi bertujuan untuk mamfasilitasi anak-anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki intelegensi yang tinggi dalam kelas khusus, bimbingan khusus, teknik pengajaran yang khusus, serta dengan patokan-patokan khusus agar anak berbakat tersebut mampu dipacu secara maksimal.
Disamping memberikan manfaat ternyata kelas akselerasi juga menuai banyak kritik dan kontra dari berbagai pihak. Pasalnya, kelas akselerasi dinilai mendeskritkan anak-anak yang kurang mampu secara akademik, bahkan prestasi anak akselerasi cenderung menurun ketika berada di bangku perkuliaan. Hal tersebut dinilai karena telah menjamurnya kelas akselerasi yang hampir ada di setiap sekolah yang tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai.
Dengan diterapkannya sistem SKS dalam kurikulum 2013, saya rasa anak-anak superior tidak perlu lagi untuk terobsesi masuk dalam kelas akselerasi, karena bakat dan juga kemampuan itu tidak hanya diasah dalam kelas akselerasi saja, akan tetapi meskipun dikelas reguler apabila siswa mempunyai semangat dan kemauan belajar yang tinggi, tetap akan mampu menyelesaikan pendidikan menengah dengan lebih cepat. Wacana ini juga sebaiknya dikaji lebih mendalam oleh kemendikbud terutama dalam sisi psikologis siswa berbakat, yang apabila keberbakatannya tidak tersalurkan, maka akan memberikan dampak psikologis yang bergitu serius yang nantinya akan mengganggu proses belajar siswa.  Waktu tidak akan berpengaruh terhadap hasil dan kualitas, yang terpenting adalah proses. Teruslah berproses, karena proses tidak mengenal kata akhir.

Referensi: