Menghafal Qur’an itu (tidak) Sulit
Apa yang ada di benak anda ketika
ada seseorang yang menghafal al-qur’an? Atau ketika anda ditawari untuk
menghafal al-qur’an? Takutkah? Atau merasa enggan?
Sebagian orang beranggapan bahwa
orang yang menghafal al-qur’an itu spesial, dan memang pada kenyataannya Allah
men-spesial-kan mereka. Dan ketika mereka ditanya, bagaimanakah menghafal
al-qur’an itu, saya yakin mereka akan menjawab “sulit”, sehingga mereka takut
dan enggan untuk menghafal al-qur’an. Sebenarnya, seberapa sulitkah menghafal
al-qur’an itu?
Saya akui memang, menghafal
al-qur’an itu sulit, tapi mudah, indah, dan menyenangkan. Lho, kok bisa?
Karena motivasi terbesar seorang penghafal al-qur’an adalah meraih
keutamaan-keutamaan dan janji yang telah Allah berikan. Tidak inginkah kita
diselamatkan dari api neraka dan ditempatkan dalam tingkat tertinggi di dalam
surga? Atau jasad kita yang tidak akan hancur walau telah bertahun-tahun tertanam,
kembali dalam buaian bumi? Tentu kita semua menginginkannya. Tapi, satu hal
yang harus diingat, bahwa dibelakang sesuatu yang indah itu pasti ada kesungguhan
dan pengorbanan untuk meraihnya. Menghafal al-qur’an itu membutuhkan komitmen
yang besar dan kuat, niat yang mantab, dan dibarengi dengan sikap tekun dan
istiqomah dalam menjalaninya. Tanpa itu semua saya rasa akan sangat sulit untuk
mencapai hasilnya.
Pernah naik gunung nggak? Atau bagi
yang belum pernah, pernah membayangkan rasanya naik gunung? Seseorang yang
belum pernah naik gunung apalagi tidak suka mendaki gunung, pasti akan berkata
bahwa mendaki gunung itu adalah hal yang sia-sia, “Apa coba yang bisa kita
dapat disana. Capek iya, susah iya, bahkan bisa jadi nyawa harus jadi
taruhannya. Ntar di puncak paling yang dilihat cuma pemandangan-pemandangan
yang biasa”. Kira-kira begitulah argumen orang yang belum pernah mendaki
gunung. Nah, begitu pula dengan menghafal al-qur’an. Menghafal al-qur’an sama
halnya dengan mendaki gunung. Orang yang belum menghafal al-qur’an dan juga
tidak mengetahui balasan yang akan di dapat, akan berpendapat bahwa menghafal
al-qur’an itu susah, buang-buang waktu, dan lain sebagainya. Padahal ketika
kita mengetahui bagaimana rasanya menghafal al-qur’an, yang setiap ayatnya
harus diresapi dan dihayati maknanya, serta dibaca dengan sepenuh hati, akan
mampu menghasilkan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika kita telah mampu
menghafalnya, kenikmatan yang luar biasa itu akan semakin berlipat ganda. Sama
halnya dengan mendaki gunung, yang harus dinikmati langkah demi langkahnya,
jalan yang terjal dan menanjak, juga turunan yang curam dan berliku, justru
disitulah letak kenikmatannya. Kenikmatan sebuah perjuangan. Ketika saya
melihat film 5cm, saya baru benar-benar menyadari kenikmatan dari sebuah usaha
dan pengorbanan. Mereka berlima bersusah payah mendaki, hingga sampai di puncak
mahameru. Lalu apa yang mereka lihat diatas tanah tertinggi di pulau jawa itu?
mereka melihat “gelombang laut” diatas awan. Saya saja yang melihatnya dari
layar kaca terkagum-kagum akan keindahannya, apalagi mereka yang melihatnya
secara langsung. Eits, itu baru mendaki gunung lho, lalu bagaimana
dengan menghafal al-qur’an? Silakan bayangkan sendiri kenikmatannya.
Orang yang menghafal al-qur’an itu
ibarat ibu hamil. Jika bertemu dengan orang lain pasti akan ditanya, “Sudah
berapa bulan, Bu?” dan dia akan menjawab, “Alhamdulillah sudah jalan lima
bulan”. Ketika orang sedang menghafal al-qur’an juga akan ditanya, sudah dapat
berapa juz? Orang yang sedang menghafal al-qur’an juga harus benar-benar
menjaga hafalannya seperti ibu hamil yang
harus selalu menjaga kandungannya. Bayangkan saja, janin yang diproses
selama sembilan bulan saja, dengan Kuasa Allah, bisa berwujud menjadi sosok
yang luar biasa hebatnya. Terlebih janin hafalan al-qur’an yang harus diproses,
bukan lagi sampai angka sembilan, tapi harus sampai angka tiga puluh, yang
membutuhkan proses selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dan
menghabiskan waktu seumur hidup untuk menjaganya. Namun bila ia mengetahui
balasan yang akan diterima, sungguh suatu kemulian baginya untuk menjalani
semua itu.
Tulisan ini saya buat bukan untuk
menggurui, namun hanya ingin memotivasi dan berbagi. Mungkin ada diantara
pembaca yang terbersit niatnya untuk mnghafal al-qur’an, atau bahkan belum sama
sekali beniat untuk menghafal al-qur’an, semoga segera muncul keinginan untuk
selalu mendekap dan bercinta sepanjang waktu dengannya. Semoga tulisan ini
bermanfaat. Wa Allahu a’lam bi shawab.
Malang, 5
Januari 2014.
16:31